GOOGLING..!

Senin, 30 Januari 2012

Popongan Bisa Masuk Koran


Tidak setiap hari nama Popongan bisa tertayang di media terkemuka. Kendati demikian, kami sempat menjumpai kata itu suatu saat ketika melakukan searching di internet. Popongan masuk koran. Ya, masuk koran beneran. Setidaknya koran online atau website penyedia informasi bernilai berita, dan ini beritanya.. *dikutipviawebsitemediabersangkutan :)

Proyek jembatan Popongan hampir selesai
9 Juli 2011 | Filed underNasional | Posted by Budi Cahyono
PURWOREJO—Proyek perbaikan jalan dan jembatan Popongan yang di kerjakan berbulan-bulan lamanya, kini hampir rampung. Saat ini, kendaraan baik dari arah Purworejo maupun Jogja sudah bisa melewati jalurnya masing-masing.
Dari pentauan Harian Jogja, panjang jalan yang diperbaiki berikut jembatannya sekitar 150 meter. Perbaikan dilakukan secara menyeluruh pada kedua sisinya, baik lajur kanan maupun kiri jalan.
Meski pondasi jembatan sudah selesai dikerjakan, namun pengaspalan belum dilakukan. Pada kedua sisi jalanannya, batu krikil dan abu sisa proyek masih mudah beterbangan terutama saat kendaraan berat dan sedang melintas di atas rata-rata.
“Beberapa bulan sebelumnya, hanya satu jalur yang disediakan untuk bisa dilalui kendaraan. Sekarang sudah dua jalur cuma debunya itu yang jadi masalah,” ungkap Supriyatno, warga Popongan, Banyuurip, Kabupaten Purworejo kepada Harian Jogja hari ini.
Menurut dia, banyak warga dan pengguna jalan yang mengeluhkan lambannya pengerjaan perbaikan jembatan tersebut. Warga setempat juga berharap pemerintah segera merampungkan proyek tersebut sebelum lebaran tiba. (Harian Jogja/Abdul Hamied Razak)

Kemacetan Jalan Purworejo-Yogya Memuncak
Purworejo, CyberNews. Proses perbaikan jembatan di Desa Popongan Kecamatan Banyuurip Purworejo yang tak kunjung selesai berdampak serius terhadap arus lalu lintas di jalan Purworejo-Yogya. Jalan yang ada hanya bisa dilalui satu arah dengan sistem buka tutup.
Akibatnya, kemacetan tak terhindarkan dan kondisinya semakin memuncak pada musim liburan sekolah seperti sekarang ini. Dari pantauan, kemacetan di sepanjang jalan itu tidak kurang dari 5 KM ke arah timur dan barat. Kendaraan dari kedua arah itu harus bergantian saat akan melewati jalan satu ruas di jembatan Popongan yang sedang dibangun.
Aparat kepolisian yang bertugas sempat kewalahan dalam mengatur arus lalu lintas. Terutama karena banyak kendaraan roda dua yang tidak sabar antre dan nekad masuk membuat kemacetan semakin parah.
Warga sekitar secara sukarela membantu petugas kepolisian untuk mengatur arus. Meski demikian, kemacetan tetap saja terjadi. "Macetnya semakin parah sejak liburan sekolah. Banyak kendaraan luar kota dari arah barat yang berwisata ke Yogya melewati jalur ini," ujar Eko (30), salah satu warga.
Lebih lanjut disebutkan, proses pembangunan jembatan itu sudah berlangsung sejak tiga bulan lalu, namun kemacetan baru terjadi pada musim liburan ini. Kemacetan sering diperparah dengan kendaraan yang tidak sabar, terutama bus yang sering menyerobot jalur kanan. “Sering kali bus langsung mengambil jalur kanan mendahului antrean sehingga sering terjebak di tengah,” katanya.
Saling serobot jalur ini seringkali diikuti kendaraan di belakangnya sehingga sering terjadi macet total. Warga yang membantu mengatur lalu lintas dengan memasang portal buka tutup, sering kali kedodoran, sehingga semakin memperparah kemacetan.
Salah satu warga yang melintas, Sudaryanto (38) menyesalkan tidak adanya jalur alternatif yang disediakan untuk menghindari kemacetan. "Semestinya, baik dari arah barat maupun timur ada tanda-tanda adanya titik kemacetan ini disertai panduan jalur alternatif, sehingga tidak macet seperti ini," katanya.
Para pengguna jalan dan warga berharap pembangunan jembatan itu bisa dikebut supaya bisa segera selesai. Pasalnya, jalur itu menjadi akses utama menuju Yogyakarta. Meskipun sebenarnya ada jalur alternatif melalui jalan Daendels, tapi para pengguna jalan dari luar kota banyak yang tidak tahu lantaran tidak ada rambu-rambu penunjuk.
( Nur Kholiq / CN26 / JBSM

Bantuan Milyaran Rupiah Diserahkan Kepada Klomtan
Senin, 02 Agustus 2010 16:57 | | |
Tanah pertanian saat ini sudah lelah. Kondisi ini dapat dilihat bila kita menginjakkan kaki di tanah sawah, kedalaman benaman sangat terbatas. Sebaliknya saat kemarau rekahan tanahnya terlihat sangat lebar. Ini semua diakibatkan dari penggunaan pupuk kimia/ anorganik yang berlebihan. 
“Sejak kita dikenalkan dengan pupuk buatan di tahun 1970 an, penggunaan pupuk oleh petani berlebihan. Akibatnya membuat tanah pertanian menjadi bantat (dangkal). Salah satu upaya untuk mengembalikan struktur tanah agar kembali menjadi gembur, dengan menggunakan pupuk organik”, kata Ir Dri Sumarno, Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Purworejo.
Pernyataan tersebut dikemukakan di sela-sela acara penyerahan beberapa bantuan untuk kelompok tani. Bantuan diserahkan secara simbolis oleh Wakil Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain, Kamis (29/7), di aula dinas tersebut. Pada kesempatan tersebut juga dikukuhkan pendamping System of Rice Intensification (SRI) organik Kabupaten Purworejo.
Bantuan yang diserahkan antara lain dana untuk pengembangan alat mesin pertanian kepada tiga klomtan. Yaitu klomtan Sari Makmur Desa Botodaleman (Bayan), Wahyu Minulyo Desa Girigondo (Pituruh), dan Klomtan Bangkit Desa Sumbersari (Banyuurip). Masing -masing menerima Rp 56.625.000.
Pembangunan rumah kompos dan ternak sapi, bersumber dari APBN perubahan tahun 2010. Berupa 25 ekor sapi, kendaraan roda tiga, APPO, rumah kompos. Bantuan diserahkan kepada klontan Tani Makmur Desa Pringowijaya (Kutoarjo). Pembangunan rumah percontohan pembuatan pupuk organik (RPPP0) kepada Klomtan Lestari Widodo 3, Desa Popongan (Banyuurip), nilainya sekitar Rp 80 juta. 
Pendampingan SRI, berupa pengolahan lahan seluas 200 Ha, terletak di 26 desa, terdiri dari 10 paket, rumah kompos, pembeleian sapi, APPO. Nilainya sebesar 3,2 milyar.
Dikemukakan oleh Dry, pada awal pengenalan pupuk anorganik, petani masih sulit untuk menggunakan. Kendati pupuk sudah sampai ke desa, namun petani tetap enggan menggunakan, hingga akhirnya dipaksa. Namun setelah mengetahui manfaatnya, akhirnyu petani penggunaannya berlebihan, bahkan disarankan untuk meninggakan sangat sulit. Ini artinya, petani sangat sulit untuk memanfaatkan teknologi baru, namun setelah mengetahui manfaatnya sulit juga untuk meninggalkannya.
Berdasarkan data dari statistik, ternyata bidang pertanian merupakan salah satu penyumbang produk domestik regional bruto (PDRB) yang tinggi, yaitu 34%. Untuk mempertahankan apalagi meningkatkan, ternyata menjadi dilematis di lapangan. Karena tenaga kerja di bidang pertanian sangat kecil. Angkatan kerja, banyak yang migrasi ke kota-kota besar, bekerja diberbagai bidang non pertanian. Sedangkan yang tinggal di pedesaan sebagai tenaga kerja pertanian umumnya orang yang sudah berusia tua.
Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya dikenalkan dengan alat-alat pertanian. Misalnya penggunaan traktor. Kaberadaan alat tersebut, tentunya membutuhkan penyedia jasa perbaikan. Untuk keperluan itu, diserahkan bantuan untuk modal usah perbaikan alat, yang dikelola oleh kelompok tani (klomtan) di beberapa desa.
Pemutakhiran Terakhir (Senin, 02 Agustus 2010 17:06) 

Popongan
Populated place, A city, town, village, or other agglomeration of buildings where people live and work in the country of Indonesia (capital Jakarta). Its center lies at a latitude of -7.76667 and longitude of 109.98333 and has an elevation of 58 meters above sea level
The prodominant languages spoken are id (Indonesian) jv (Javanese) su (Sundanese) and its currency is the Rupiah (IDR), currently exchanging at 1 Indonesian Rupiah = 0.00007 British Pound Sterling 1 Indonesian Rupiah = 0.00011 US Dollar .
Indonesia currently has a population of 242968342 (estimate)
Sunrise is currently at 05:42 and sunset is currently at 18:04, not taking into account daylight saving time (DST).
Popongan is in a seismicly active area with most recent activity being an earthquake in south of Java on Monday 23rd of January 2012 at 04:01 am UTC. This earthquake had a magnitude of 4.5 on the richter scale and exsisted at a depth of 58.30 km below the surface. Its center was 422.31 km away from Popongan. The nearest activity occured 115.92 km away in Java on Thursday 24th of November 2011 at 03:11 am UTC. This earthquake had a magnitude of 5.0 on the richter scale and exsisted at a depth of 95.30 km below the surface.