Mendengar kata Tomcat beberapa jam terakhir, ingatan melayang ke sosok F-14 Tomcat! F-14 Tomcat adalah pesawat tempur supersonik sayap ayun, yang bermesin dan berkursi ganda. F-14 merupakan pesawat tempur superioritas udara utama Angkatan Laut Amerika Serikat dari tahun 1972 sampai tahun 2006. Pesawat ini juga memiliki kemampuan serang darat setelah dilengkapi sistem LANTIRN. Pesawat ini mulai dikembangkan setelah kegagalan proyek F-111B, dan merupakan pesawat tempur generasi ke-4 pertama Amerika Serikat, yang dirancang dengan didasari pengalaman bertempur dengan pesawat-pesawat MiG buatan Soviet pada Perang Vietnam. Pesawat ini mulai dipakai oleh Angkatan Laut Amerika Serikat pada tahun 1972, menggantikan F-4 Phantom II. Pesawat ini juga sempat diekspor ke Iran pada tahun 1976. Pada tanggal 22 September 2006, pesawat ini resmi dipensiunkan dan digantikan oleh F/A-18E/F Super Hornet. Demikian Wikipedia mencatat.
Lain halnya dengan Tomcat yang lain. Tomcat yang ini adalah serangga yang sedang menjadi topik pembicaraan hangat di sejumlah warga apartemen di Surabaya dan juga dunia maya 'perkicauan' twitter. Beberapa tulisan Kompas kami kutip lengkap berikut ini.. :)
SURABAYA, KOMPAS.com - Warga di beberapa lokasi di Surabaya bagian barat beberapa hari terakhir dicemaskan oleh serangan tomcat, serangga yang mengeluarkan cairan beracun.
Cairan yang dikeluarkan serangga ini menyebabkan rasa gatal yang luar biasa dan dapat membuat kulit melepuh.
Serangga yang biasa keluar saat matahari mulai tenggelam itu, kata Kepala Bidang Pertanian dan Kehutanan Dinas Pertanian Surabaya, Alexandre, berkerumun di tempat yang terang seperti pada lampu.
"Jika bersentuhan dengan benda lain atau bagian tubuh manusia, Tomcat otomatis akan mengeluarkan cairan beracun," katanya, Senin (19/3/2012).
Menurutnya, serangga yang biasa disebut semut semai, semut kayap atau Charlie itu merupakan predator tanaman padi atau musuh alami dari wereng dan kepik.
Jika tanaman padi atau yang sejenis menghilang, serangga itu memilih berkerumun di tempat yang terang dan hangat.
Hari ini kata Alex, pihaknya menerjunkan dua tim untuk melakukan penyemprotan di titik-titik tertentu khususnya yang berdekatan dengan pemukiman warga.
"Penyemprotan menggunakan bahan alami seperti campuran sari Biji pohon Mahoni, Laos, dan Serai agar tidak berbahaya bagi manusia," jelasnya.
Tiga hari sebelumnya, gerombolan Tomcat juga dilaporkan menyerang apartemen elit di Jalan Kejawan Putih Surabaya.
Beberapa penghuni yang terkena serangan Tomcat mengaku kulit mereka melepuh, panas, gatal-gatal dan meninggalkan noda hitam.
JAKARTA, KOMPAS.com - Serangga yang disebut serangga tomcat menyerang warga apartemen di Surabaya. Serangga ini juga dilaporkan menyerang kawasan Kenjeran dan Wonorejo.
Pakar serangga dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Hari Sutrisno, mengatakan, "Serangga Tomcat sebenarnya adalah serangga genus Paederus."
Serangga tersebut adalah kumbang memiliki ukuran relatif kecil, sekitar 1 cm sehingga kadang tidak dikenali. Keunikan serangga ini adalah bagian sayap yang tak menutupi seluruh abdomen.
"Ada 12 jenis serangga jenis ini. Namun yang paling banyak di sini adalah Paederus fasciatus. Jadi kemungkinan yang di Surabaya adalah jenis ini," jelas Hari.
Hari mengatakan, serangga ini memiliki habitat di persawahan, hutan maupun taman kota. Biasanya, serangga ini memakan telur serangga lain pemakan daun.
Sebutan serangga ini sedikit kurang tepat sebab sebenarnya tomcat adalah nama pestisida. Di beberapa daerah, serangga ini sering disebut semut kanai atau semut kayap.
Hari saat dihubungi Senin (19/3/2012) mengungkapkan bahwa serangga Paederus biasanya menyerang untuk mempertahankan diri. Serangga ini bisa menyerang apapun yang dianggap menggangggu.
Namun demikian, Hari mengatakan, "Serangan pada manusia sebenarnya bukan tujuan. Hanya mungkin ada aktivitas manusia yang mengganggu serangga ini."
Aktivitas yang mengganggu antara lain saat serangga akan masuk ke rumah dan terhalang tirai, manusia membuka tirai tersebut sehingga kumbang ini terbang dan menyerang.
Ciri khas Paederus adalah kemampuan memproduksi toksin yang disebut paederin. Saat menyerang, serangga akan mengeluarkan toksin ini, persis seperti ular yang mengeluarkan bisa.
Toksin tersebut yang dikatakan bisa berdampak buruk bagi manusia. Akibat jika terserang serangga ini adalah dermatitis, dimana kulit melepuh seperti mengalami luka bakar dan mengeluarkan cairan.
"Jika kena serangga ini, maka kita harus cuci dengan air sabun agar menetralisir racun. Lalu bisa juga memakai Kalium permanganat atau salep untuk mengobati," terang Hari.
Dikatakan bahwa racun serangga ini konsentrasinya 12 kali lebih besar dari bisa kobra. Namun demikian, Hari mengatakan bahwa racun serangga ini tak mematikan.
Menurut Hari, kumbang Paederus sebenarnya serangga yang menguntungkan bagi petani karena mampu membasmi wereng. Karenanya, serangga ini cukup dicegah kehadirannya, tak perlu dibasmi dengan pestisida kimia.
Hari menghimbau masyarakat agar tidak panik. Serangan serangga ini sebenarnya sudah biasa dialami. hany perlu langkah tepat saat terkena serangannya.
JAKARTA, KOMPAS.com - Ada fakta unik seputar serangga Tomcat, kumbang genus Paederus yang baru-baru ini menyerang warga Surabaya, mengakibatkan warge mengalami dermatitis.
Pakar serangga dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Haris Sutrsino, mengatakan, "Serangga ini sebenarnya terbang dengan cara yang unik. Terbangnya vertikal."
Tak seperti serangga umumnya yang terbang dalam posisi tubuh horisontal, serangga ini terbang dengan tubuh tegak. Alhasil, kepala serangga ini pun menghadap ke atas saat terbang.
Menurut Hari, cara terbang serangga yang termasuk dalam ordo Coleoptera ini bisa jadi merupakan akibat dari karakteristik sayap yang dimiliki.
"Biasanya sayap serangga menutupi seluruh bagian tubuh. Tapi sayap serangga ini tidak. Mungkin karena sayap tersebut cara terbang serangga ini berbeda," papar Hari.
Hari mengatakan, kumbang Paederus sebenarnya merupakan serangga yang menguntungkan bagi petani. Paederus adalah predator bagi hama seperti wereng.
Jika serangga ini sampai menyerang manusia, seperti yang terjadi di Surabaya, maka sebenarnya serangga hanya bermaksud melindungi diri. Kemungkinan ada aktivitas manusia yang mengganggu.
Di kawasan perkotaan, serangga jenis ini bisa hidup di kawasan taman kota. Biasnya, serangga ini memakan telur serangga pemakan daun yang terdapat di habitatnya.
Pada masyarakat yang terkena serangan serangga ini, Hari mengimbau agar tak panik. Cukup mencuci dengan air sabun dan melakukan pengobatan, misalnya dengan salep Acyclovir 5 persen.
Selain itu, warga bisa mencegah kehadiran si Tomcat dengan menutup jendela saat hari mulai gelap sebelum mematikan lampu.
JAKARTA, KOMPAS.com - Serangga Tomcat atau kumbang Paederus menyerang warga Surabaya. Racun kumbang yang disebut paederin menyebabkan kulit seperti mengalami luka bakar dan mengeluarkan cairan dan gatal.
Siapa pun bisa terkena serangan si Tomcat. Serangga yang memiliki habitat di persawahan, hutan atau taman kota ini biasanya menyerang jika terancam. Jika sampai terserang, bagaimana harus mengatasinya?
Pakar serangga dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), hari Sutrisno, mengatakan, "Jika kena serangga ini, maka kita harus cuci dengan air sabun agar menetralisir racun."
Pengobatan tambahan bisa dilakukan. Pilihannya adalah dengan memakai salep Hydrocortisone 1 persen, salep Betametasone dan antibiotik Neomycin Sulfat 3 kali sehari, atau dengan salep Acyclovir 5 persen.
"Yang lebih berbahaya adalah jika sampai terjadi infeksi sekunder. Jadi jangan sampai terjadi luka karena kuman akan masuk," ungkap Hari.
Karena hal tersebut, Hari mengimbau pada korban untuk tidak menggaruk bagian yang memerah walaupun terasa gatal.
Lalu, bagaimana cara mencegah terkena serangan si Tomcat?
Ada indikasi bahwa kumbang Paederus juga aktif di malam hari dan tertarik dengan cahaya lampu. Serangan bisa dihindari dengan mencegah serangga ini masuk ke dalam rumah.
"Saat sudah gelap atau malam, sebelum menyalakan lampu, tutup semua jendela sehingga serangga tidak masuk," jelas Hari saat dihubungi Kompas.com, Senin (19/3/2012).
Kumbang Paederus sebenarnya adalah kumbang yang menguntungkan bagi pertanian. Jenis kumbang ini adalah predator alami bagi hama seperti wereng.
Karena menguntungkan, sejauh ini belum dikembangkan cara untuk membasmi serangga jenis ini. Belum diketahui pula apakah serangga ini tak suka dengan bau sehingga bisa ditangkal dengan repellent.
JAKARTA, KOMPAS.com - Serangan serangga Tomcat atau kumbang Paederus menghebohkan warga Surabaya. Warga apartemen Eastcoast, Kenjeran dan Wonorejo mengalami dermatitis akibat serangan serangga itu.
Kabar yang beredar lewat Blackberry Messenger maupun jejaring sosial Twitter menyebutkan bahwa serangga tersebut memiliki racun yang 12 kali lebih beracun dari kobra. Benarkah?
Menanggapi hal itu, pakar serangga Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hari Sutrisno, mengatakan, "Memang ada benarnya itu. Tapi racun serangga ini targetnya berbeda dengan racun kobra."
Menurut Hari, racun kobra biasanya langsung menuju ke jaringan saraf sehingga dampaknya bisa fatal. Sementara, racun kumbang Paederus hanya menyerang bagian kulit.
Hari mengimbau masyarakat agar tak terlalu panik sebab racun Tomcat tak menimbulkan kematian. Racun "cuma" akan mengakibatkan kulit gatal, melepuh seperti terkena luka bakar dan mengeluarkan cairan.
Kepada warga yang terserang, Hari mengimbau untuk segera mencuci bagian yang diserang dengan air sabun sehingga racun bisa sedikit dinetralisir.
Untuk pengobatan tambahan, pilihannya adalah memakai salep Hydrocortisone 1 persen, atau salep Betametasone dan antibiotik Neomycin Sulfat 3 kali sehari, atau dengan salep Acyclovir 5 persen
Menurut Hari, fenomena serangan Tomcat di Surabaya agak fenomenal. Serangan serangga tersebut sebenarnya umum, tapi jumlah serangan tak banyak yang di Surabaya.
Banyaknya serangan di Surabaya mungkin terkait dengan fase pertumbuhan serangga pemakan daun yang menjadi makanan kumbang Paederus.
"Bulan Maret-April, jumlah serangga pemakan daun, terutama dalam bentuk telur, banyak. Kalau serangga ini banyak, maka populasi Paederus akan bertambah juga," kata Hari saat dihubungi Kompas.com, Senin (19/3/2012).
Masyarakat bisa mencegah serangan dengan perilaku. Misalnya selalu menutup jendela saat gelap sebelum menyalakan lampu. Pestisida alami berbahan laos bisa dimanfaatkan jika sudah mendesak.
Lain halnya dengan Tomcat yang lain. Tomcat yang ini adalah serangga yang sedang menjadi topik pembicaraan hangat di sejumlah warga apartemen di Surabaya dan juga dunia maya 'perkicauan' twitter. Beberapa tulisan Kompas kami kutip lengkap berikut ini.. :)
SURABAYA, KOMPAS.com - Warga di beberapa lokasi di Surabaya bagian barat beberapa hari terakhir dicemaskan oleh serangan tomcat, serangga yang mengeluarkan cairan beracun.
Cairan yang dikeluarkan serangga ini menyebabkan rasa gatal yang luar biasa dan dapat membuat kulit melepuh.
Serangga yang biasa keluar saat matahari mulai tenggelam itu, kata Kepala Bidang Pertanian dan Kehutanan Dinas Pertanian Surabaya, Alexandre, berkerumun di tempat yang terang seperti pada lampu.
"Jika bersentuhan dengan benda lain atau bagian tubuh manusia, Tomcat otomatis akan mengeluarkan cairan beracun," katanya, Senin (19/3/2012).
Menurutnya, serangga yang biasa disebut semut semai, semut kayap atau Charlie itu merupakan predator tanaman padi atau musuh alami dari wereng dan kepik.
Jika tanaman padi atau yang sejenis menghilang, serangga itu memilih berkerumun di tempat yang terang dan hangat.
Hari ini kata Alex, pihaknya menerjunkan dua tim untuk melakukan penyemprotan di titik-titik tertentu khususnya yang berdekatan dengan pemukiman warga.
"Penyemprotan menggunakan bahan alami seperti campuran sari Biji pohon Mahoni, Laos, dan Serai agar tidak berbahaya bagi manusia," jelasnya.
Tiga hari sebelumnya, gerombolan Tomcat juga dilaporkan menyerang apartemen elit di Jalan Kejawan Putih Surabaya.
Beberapa penghuni yang terkena serangan Tomcat mengaku kulit mereka melepuh, panas, gatal-gatal dan meninggalkan noda hitam.
JAKARTA, KOMPAS.com - Serangga yang disebut serangga tomcat menyerang warga apartemen di Surabaya. Serangga ini juga dilaporkan menyerang kawasan Kenjeran dan Wonorejo.
Pakar serangga dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Hari Sutrisno, mengatakan, "Serangga Tomcat sebenarnya adalah serangga genus Paederus."
Serangga tersebut adalah kumbang memiliki ukuran relatif kecil, sekitar 1 cm sehingga kadang tidak dikenali. Keunikan serangga ini adalah bagian sayap yang tak menutupi seluruh abdomen.
"Ada 12 jenis serangga jenis ini. Namun yang paling banyak di sini adalah Paederus fasciatus. Jadi kemungkinan yang di Surabaya adalah jenis ini," jelas Hari.
Hari mengatakan, serangga ini memiliki habitat di persawahan, hutan maupun taman kota. Biasanya, serangga ini memakan telur serangga lain pemakan daun.
Sebutan serangga ini sedikit kurang tepat sebab sebenarnya tomcat adalah nama pestisida. Di beberapa daerah, serangga ini sering disebut semut kanai atau semut kayap.
Hari saat dihubungi Senin (19/3/2012) mengungkapkan bahwa serangga Paederus biasanya menyerang untuk mempertahankan diri. Serangga ini bisa menyerang apapun yang dianggap menggangggu.
Namun demikian, Hari mengatakan, "Serangan pada manusia sebenarnya bukan tujuan. Hanya mungkin ada aktivitas manusia yang mengganggu serangga ini."
Aktivitas yang mengganggu antara lain saat serangga akan masuk ke rumah dan terhalang tirai, manusia membuka tirai tersebut sehingga kumbang ini terbang dan menyerang.
Ciri khas Paederus adalah kemampuan memproduksi toksin yang disebut paederin. Saat menyerang, serangga akan mengeluarkan toksin ini, persis seperti ular yang mengeluarkan bisa.
Toksin tersebut yang dikatakan bisa berdampak buruk bagi manusia. Akibat jika terserang serangga ini adalah dermatitis, dimana kulit melepuh seperti mengalami luka bakar dan mengeluarkan cairan.
"Jika kena serangga ini, maka kita harus cuci dengan air sabun agar menetralisir racun. Lalu bisa juga memakai Kalium permanganat atau salep untuk mengobati," terang Hari.
Dikatakan bahwa racun serangga ini konsentrasinya 12 kali lebih besar dari bisa kobra. Namun demikian, Hari mengatakan bahwa racun serangga ini tak mematikan.
Menurut Hari, kumbang Paederus sebenarnya serangga yang menguntungkan bagi petani karena mampu membasmi wereng. Karenanya, serangga ini cukup dicegah kehadirannya, tak perlu dibasmi dengan pestisida kimia.
Hari menghimbau masyarakat agar tidak panik. Serangan serangga ini sebenarnya sudah biasa dialami. hany perlu langkah tepat saat terkena serangannya.
JAKARTA, KOMPAS.com - Ada fakta unik seputar serangga Tomcat, kumbang genus Paederus yang baru-baru ini menyerang warga Surabaya, mengakibatkan warge mengalami dermatitis.
Pakar serangga dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Haris Sutrsino, mengatakan, "Serangga ini sebenarnya terbang dengan cara yang unik. Terbangnya vertikal."
Tak seperti serangga umumnya yang terbang dalam posisi tubuh horisontal, serangga ini terbang dengan tubuh tegak. Alhasil, kepala serangga ini pun menghadap ke atas saat terbang.
Menurut Hari, cara terbang serangga yang termasuk dalam ordo Coleoptera ini bisa jadi merupakan akibat dari karakteristik sayap yang dimiliki.
"Biasanya sayap serangga menutupi seluruh bagian tubuh. Tapi sayap serangga ini tidak. Mungkin karena sayap tersebut cara terbang serangga ini berbeda," papar Hari.
Hari mengatakan, kumbang Paederus sebenarnya merupakan serangga yang menguntungkan bagi petani. Paederus adalah predator bagi hama seperti wereng.
Jika serangga ini sampai menyerang manusia, seperti yang terjadi di Surabaya, maka sebenarnya serangga hanya bermaksud melindungi diri. Kemungkinan ada aktivitas manusia yang mengganggu.
Di kawasan perkotaan, serangga jenis ini bisa hidup di kawasan taman kota. Biasnya, serangga ini memakan telur serangga pemakan daun yang terdapat di habitatnya.
Pada masyarakat yang terkena serangan serangga ini, Hari mengimbau agar tak panik. Cukup mencuci dengan air sabun dan melakukan pengobatan, misalnya dengan salep Acyclovir 5 persen.
Selain itu, warga bisa mencegah kehadiran si Tomcat dengan menutup jendela saat hari mulai gelap sebelum mematikan lampu.
JAKARTA, KOMPAS.com - Serangga Tomcat atau kumbang Paederus menyerang warga Surabaya. Racun kumbang yang disebut paederin menyebabkan kulit seperti mengalami luka bakar dan mengeluarkan cairan dan gatal.
Siapa pun bisa terkena serangan si Tomcat. Serangga yang memiliki habitat di persawahan, hutan atau taman kota ini biasanya menyerang jika terancam. Jika sampai terserang, bagaimana harus mengatasinya?
Pakar serangga dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), hari Sutrisno, mengatakan, "Jika kena serangga ini, maka kita harus cuci dengan air sabun agar menetralisir racun."
Pengobatan tambahan bisa dilakukan. Pilihannya adalah dengan memakai salep Hydrocortisone 1 persen, salep Betametasone dan antibiotik Neomycin Sulfat 3 kali sehari, atau dengan salep Acyclovir 5 persen.
"Yang lebih berbahaya adalah jika sampai terjadi infeksi sekunder. Jadi jangan sampai terjadi luka karena kuman akan masuk," ungkap Hari.
Karena hal tersebut, Hari mengimbau pada korban untuk tidak menggaruk bagian yang memerah walaupun terasa gatal.
Lalu, bagaimana cara mencegah terkena serangan si Tomcat?
Ada indikasi bahwa kumbang Paederus juga aktif di malam hari dan tertarik dengan cahaya lampu. Serangan bisa dihindari dengan mencegah serangga ini masuk ke dalam rumah.
"Saat sudah gelap atau malam, sebelum menyalakan lampu, tutup semua jendela sehingga serangga tidak masuk," jelas Hari saat dihubungi Kompas.com, Senin (19/3/2012).
Kumbang Paederus sebenarnya adalah kumbang yang menguntungkan bagi pertanian. Jenis kumbang ini adalah predator alami bagi hama seperti wereng.
Karena menguntungkan, sejauh ini belum dikembangkan cara untuk membasmi serangga jenis ini. Belum diketahui pula apakah serangga ini tak suka dengan bau sehingga bisa ditangkal dengan repellent.
JAKARTA, KOMPAS.com - Serangan serangga Tomcat atau kumbang Paederus menghebohkan warga Surabaya. Warga apartemen Eastcoast, Kenjeran dan Wonorejo mengalami dermatitis akibat serangan serangga itu.
Kabar yang beredar lewat Blackberry Messenger maupun jejaring sosial Twitter menyebutkan bahwa serangga tersebut memiliki racun yang 12 kali lebih beracun dari kobra. Benarkah?
Menanggapi hal itu, pakar serangga Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hari Sutrisno, mengatakan, "Memang ada benarnya itu. Tapi racun serangga ini targetnya berbeda dengan racun kobra."
Menurut Hari, racun kobra biasanya langsung menuju ke jaringan saraf sehingga dampaknya bisa fatal. Sementara, racun kumbang Paederus hanya menyerang bagian kulit.
Hari mengimbau masyarakat agar tak terlalu panik sebab racun Tomcat tak menimbulkan kematian. Racun "cuma" akan mengakibatkan kulit gatal, melepuh seperti terkena luka bakar dan mengeluarkan cairan.
Kepada warga yang terserang, Hari mengimbau untuk segera mencuci bagian yang diserang dengan air sabun sehingga racun bisa sedikit dinetralisir.
Untuk pengobatan tambahan, pilihannya adalah memakai salep Hydrocortisone 1 persen, atau salep Betametasone dan antibiotik Neomycin Sulfat 3 kali sehari, atau dengan salep Acyclovir 5 persen
Menurut Hari, fenomena serangan Tomcat di Surabaya agak fenomenal. Serangan serangga tersebut sebenarnya umum, tapi jumlah serangan tak banyak yang di Surabaya.
Banyaknya serangan di Surabaya mungkin terkait dengan fase pertumbuhan serangga pemakan daun yang menjadi makanan kumbang Paederus.
"Bulan Maret-April, jumlah serangga pemakan daun, terutama dalam bentuk telur, banyak. Kalau serangga ini banyak, maka populasi Paederus akan bertambah juga," kata Hari saat dihubungi Kompas.com, Senin (19/3/2012).
Masyarakat bisa mencegah serangan dengan perilaku. Misalnya selalu menutup jendela saat gelap sebelum menyalakan lampu. Pestisida alami berbahan laos bisa dimanfaatkan jika sudah mendesak.