GOOGLING..!

Jumat, 17 Agustus 2012

Kesaksian Menggugah Kerukunan Nusantara

Pada awalnya, Mimin durung dhong (belum paham) apa itu malam tirakatan. Itu bahasa apa, dari kata apa, dan berarti apa, hingga sekeping undangan harus diterimanya tanpa tahu greget apa yang bakal dia dapat setelahnya. Dan mungkin juga banyak di antara kita untuk saat pertama kali, belum paham apa itu malam tirakatan. Mungkin cara mereka, ortu-ortu kita itu, mengajarkan maknanya saat kita bertatap muka langsung di malam itu. Malam pitulasan, istilah komunikatif itu dipakai untuk mengungkapkan sebagian makna malam tanggal 17 Agustus, tiap tahun, selama ini.

Pada saat malam tirakatan, warga diundang untuk hadir dan berkumpul untuk kemudian mengenang jasa-jasa para pahlawan, diantaranya dengan mendengarkan testimoni (kesaksian) atau kisah dari para sesepuh warga setempat, yang dahulu sempat mengalami era perjuangan merebut kemerdekaan negeri ini, di berbagai wilayah nusantara. Beberapa veteran, sangat mungkin diundang untuk hadir di beberapa daerah lain, karena ikatan emosional (primordial) antar sesama pejuang saat itu, yang kini masih hidup. Kegiatan ini biasanya akan menjadi inti dari acara tirakatan tersebut selain nantinya juga akan ditutup dengan ramah tamah dari warga sendiri.

Nah, mengapa kemudian bisa dikatakan bisa menggugah kerukunan antar warga di berbagai penjuru tanah air?Tak lain diantaranya adalah karena sifat kolektivitas antar warga di berbagai penjuru tanah air tersebut bahu-membahu dalam membangun dan menggugah kembali nasionalisme, mengikat hati kita untuk cinta tanah air yang lebih hakiki, lebih membumi. Coba bayangkan, kalau saja tiap RT atau RW yang ber-awalan kata rukun (Rukun Tetangga atau Rukun Warga) tersebut mampu dengan sukses mengadakan acara seperti itu, niscaya hati kita pun sedikit demi sedikit akan tergugah.

Banyak selentingan di sekeliling kita, konon penerapan nilai-nilai gotong royong dan kerukunan dari warga kian tergerus laju sang jaman. Ada baiknya acara semacam ini memang dipersiapkan dari, oleh dan untuk warga itu sendiri. Setelah dibuka dengan doa dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, maka acara akan dilanjutkan dengan pesan dari para veteran pejuang yang hadir (jika ada) untuk kemudian menceritakan tentang perjuangannya dahulu dan kemudian memberikan wejangan serta nasihat kepada generasi muda untuk mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang berguna. Setelah itu, akan diumumkan pemenang lomba-lomba tujuh belasan yang telah diselenggarakan beberapa hari sebelumnya dan pembagian hadiah. Acara kemudian ditutup dengan makan malam dan ramah tamah dengan tetangga-tetangga sembari mempererat tali persaudaraan. Biasanya seperti itu, bisa ditemui di banyak pedesaan yang kehidupan organisasinya relatif aktif.

Mimin thenger-thenger, mendengar cerita kakak, tentang acara malam tirakatan, semalam, yang tak sempat diikutinya.